「主にあっていつも喜べ」BERSUKACITALAH SELALU DI DALAM TUHAN
「主にあっていつも喜べ」
(マタイ11.2-11)
皆さん、今日は待降節第三主日です。待降節第三主日は昔から「喜びの主日」と呼ばれます。クリスマスは近いのだという喜びを感じさせてくれます。今日の入祭唱では、「主にあっていつも喜べ。重ねて言う、喜べ。主は近づいておられる」ですが、皆さんも同じように喜びを感じておられると思います。この喜びがどのようなものなのかを端的に表しているのが今日の第一朗読の預言者イザヤ書の箇所と言ってもよいでしょう。
イザヤ書は歴史的にみればバビロン捕囚前後を舞台として、荒れ野と化したイスラエルについて語られています。人々は 嘆きと悲しみに満ちてうつむくことしかできなかったと思われます。しかし、イザヤ書はそうではなく、「喜びと楽しみが彼らを迎え、嘆きと悲しみは逃げ去る」と力強く人々を励ましています。
「喜び」とは非常に幸福であるという感情、良いことが起きて非常に満足し、嬉しいという感情です。私達は人生において度々喜びの体験をします。ですが、人生にはむしろ喜びよりも悲しみの方が多いのではないでしょうか。何回もお説教の中で「いつも喜んでいなさい。」といわれても、「なかなかそうはうまく行かないよ」という気持ちになることもあるでしょう。
今日の福音書の中で、イエス様こそ「来られる方」と紹介した洗礼者ヨハネは、「来るべき方は、あなたでしょうか」と弟子を介して尋ねています。それに対して、イエス様は「行って、見聞きしていることをヨハネに伝えなさい。目の見えない人は見え、足の不自由な人は歩き、重い皮膚病を患っている人は清くなり、耳の聞こえない人は聞こえ、死者は生き返り、貧しい人は福音を告げ知らされている。私につまずかない人は幸いである。」とヨハネの弟子達に仰いました。
このイエス様の言葉はこの世の悲しみや苦しみの多い現実の中を、生きなければならない私達への励ましの言葉であると思います。
今日の朗読を読みながら、私は有名な山本有三の「心に太陽を持て」という詩を思い出しました。この詩はドイツの詩人ツェーザル・フライシュレンによるものを山本有三が原詩から訳したものです。
心に太陽を持て
心に太陽を持て。
あらしが ふこうと、
ふぶきが こようと、
天には黒くも、
地には争いが絶えなかろうと、
いつも、心に太陽を持て。
くちびるに歌を持て、
軽く、ほがらかに。
自分のつとめ、
自分のくらしに、
よしや苦労が絶えなかろうと、
いつも、くちびるに歌を持て。
苦しんでいる人、
なやんでいる人には、
こう、はげましてやろう。
「勇気を失うな。
くちびるに歌を持て。
心に太陽を持て。」
この詩には、たとえどんな時であっても人生を受け身で生きるのではなく、能動的に切り開いていくことができると謳われています。どんな困難が襲っても心に太陽があること、どんな苦しみがあってもくちびるに歌を持てること。この詩は私達に生きることの喜びと励ましを与えてくれると思います。
皆さん、私達の周りには小さくて気が付かないような幸せがたくさん散らばっています。例えば、教会の庭に咲く薔薇の花が冷たい風の中で咲いています。その薔薇を見ていると心が癒される、それも喜びです。辛いことを数えるより、小さな幸せを数えて、前向きに生きていただきたいと思います。
今、私達は待降節を過ごしていますが、この時が愛と喜びに包まれた待望の時となりますように。これから始まる待降節の後半に向けて、皆で喜びを分かち合うとともに、常に、自分達の心にイエス様への道を整える気持ちを持つ、信仰生活を過ごし頂きたいと思います。
主の平和
BERSUKACITALAH
SELALU DI DALAM TUHAN
Saudara/i sekalian yang terkasih, hari ini
kita memasuki pekan ketiga masa Adven. Hari minggu adven ketiga ini disebut
dengan Gaudate yang berarti sukacita. Hal ini memberikan kesan kepada
kita bahwa sukacita Natal sudah dekat. Antifon pembuka dalam perayaan ekaristi
hari ini mengatakan dengan jelas: “Bersukacitalah selalu di dalam Tuhan.
Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat". Saya
berharap bahwa kita pun bisa merasakan sukacita yang sama. Selain itu, Nabi Yesaya
dalam bacaan pertama hari ini memberikan ilustrasi yang jelas tentang sukacita.
Secara historis, latar belakang Kitab
Yesaya hari ini ditulis pada masa pembuangan di Babel, dan berbicara secara
khusus tentang kehidupan bangsa Israel di padang gurun. Kala itu, orang Israel
hanya bisa berkabung, bersedih dan tertekan dengan situasi yang terjadi. Tetapi nabi Yesaya mendorong
mereka dengan tegas bahwa sukacita dan kegembiraan akan menyapa mereka, serta
perkabungan dan kesedihan akan menjauh dari kehidupan mereka.
Hemat saya, sukacita adalah perasaan
sangat bahagia, sangat puas dan sangat senang ketika terjadi hal-hal baik dalam
hidup. Acapkali kita mengalami sukacita dalam hidup, namun betapa sering
kesedihan juga muncul di hadapan kita. Acapkali kita mendengar khotbah atau
wejangan dari orang lain untuk berbahagia dalam kondisi apa pun, namun
betapa sering kita merasa bahwa hal itu tidak berjalan segampang membalikan
telapak tangan.
Dalam Injil hari ini, Yohanes Pembaptis
mengutus muridnya untuk bertanya kepada Yesus. "Engkaukah yang akan datang
itu, atau haruskah kami menantikan orang lain?" Sebagai tanggapan atas
pertanyaan itu, Yesus berkata: "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa
yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang
kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan, dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik. Berbahagialah orang yang tidak sangsi dan
menolak Aku."
Hemat saya, jawaban Yesus atas pertanyaan
para murid Yohanes Pembabtis ini bukan saja ditujukan kepada Yohanes Pembabtis
tetapi juga ditujukan kepada kita. Jawaban Yesus ini merupakan dorongan bagi
kita yang hidup di tengah-tengah realitas dunia saat ini, untuk tidak lagi
mempertanyakan siapakah Yesus itu.
Ketika saya merenungkan bacaan hari ini,
saya teringat pada satu sajak tua dari Jerman yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Jepang oleh Yuzo Yamamoto berjudul 「心に太陽を持て-Kokoro
ni taiyou o motte」atau
“Milikilah matahari di hatimu” . Puisi ini ditulis oleh penyair Jerman, Cesar
Fleischlein. Sajak ini saya coba terjemahkan lagi ke dalam Bahasa Indonesia,
paling tidak demikian.
MILIKILAH
MATAHARI DI HATIMU
Milikilah matahari
di dalam hatimu
Kala badai hidup menerpa
dan angin badai
menghadang
Kala ada kegelapan
di langit
dan ada
perselisihan di bumi.
Biarlah ada
nyanyian di bibirmu
dengan ringan dan
ceria
dalam pekerjaanmu
dan di dalam setiap langkah hidupmu.
Tidak peduli
seberapa baik atau sulitnya
Milikilah selalu
nyanyian di bibirmu
Untuk siapa pun yang
menderita
Untuk siapa pun
yang tertekan
Beranilah untuk membantu
Jangan kehilangan
keberanian.
Milikilah sebuah
lagu di bibirmu.
Milikilah matahari
di dalam hatimu.
Hemat saya, sajak ini mengungkapkan bahwa di saat-saat sulit sekalipun, kita bisa mengafirmasi hidup secara aktif,
bukannya secara pasif atau pasrah menjalaninya. Tak peduli tantangan apa pun
yang datang menghadang, kita harus memiliki matahari di dalam hati. Tak peduli
rasa sakit apa pun yang kita alami, kita harus memiliki lagu untuk kita
nyanyikan dalam hidup. Sajak ini sungguh memberikan kegembiraan dan
dorongan hidup yang luar biasa kepada kita.
Saudara/i yang terkasih. Hemat saya, ada
banyak berkat kecil yang tidak disadari tersebar di sekitar kita. Misalnya, bahagia
melihat bunga yang bermekaran di tengah musim dingin. Atau hal-hal sederhana
lain yang membawa kegembiraan dalam hidup kita. Alih-alih menghitung kesulitan,
saya ingin anda menghitung kebahagiaan kecil dalam hidupmu secara positif.
Saat ini kita berada dalam masa adven. Semoga
dalam masa adven ini, hidup kita dipenuhi dengan kasih dan sukacita. Dan sebentar
lagi kita akan merayakan natal, semoga kita mampu berbagi kasih dan sukacita
dengan orang lain sehingga kita bersama-sama menyongsong perayaan natal tahun ini
dengan hati yang gembira.
Damai dan berkat
Tuhan senantiasa menyertai
Terima kasih Pater Andy.. Tetaplah bahagia dlm panggilanmu..
ReplyDelete