敵を愛する時、平和が生まれる-MENCINTAI MUSUH ADALAH KUNCI PERDAMAIAN

 


「敵を愛する時、平和が生まれる」

マタイ5.35-48

皆さん、今日の福音書も先週に引き続き、山上の説教の一部です。この山上の説教の中でも、最も有名な言葉の一つが、今日の福音個所「隣人を愛し、敵をも愛しなさい」です。「あなたがたも聞いているとおり、『隣人を愛し、敵を憎め』と命じられている。しかし、私は言っておく。敵を愛し、自分を迫害する者のために祈りなさい」とイエス様は弟子達に仰いました。

当初、イスラエルの人々は、自分の周りの人々、家族、親類、あるいは、同じ部族、同じ集団の人のことを「隣人」と考えていたようです。しかし、イエス様の教えが次第に明らかにされるに従って、隣人というのは、自分たちの枠「イスラエル民族」という枠を超えた外にいる人々、そして、全ての人を指すというようになったのだと思います。

イエス様の時代においても、敵を愛するのは簡単なことではありませんでした。多くの人々はイエス様の言葉はあまりにも理想的であり、非現実的だと思われたかもしれません。当時の人々の暮らしには、心の余裕も無く、多くの人は殴られたら殴り返すことが正義だと思っていたのではないでしょうか。

現代の私達の生活の中でも、敵を憎む感情を避けて生きることは難しいことです。しかし、今日の福音書において、イエス様は敵を愛さない限り、平和は生まれないことをお示しになりました。つまり、平和をつくり出す時に、最も大事なことは「愛すること」です。人に対して、いじわるをせず、冷たくせず、いつも相手を尊敬し、大切にし、優しく、親切に、思いやりを持って接する時、仲良く平和に過ごすことができます。愛こそ平和をつくり出すのです。

このイエス様の教えは、決してユートピア的な考えではありません。それどころか、私達が人間として生きていくうえで、絶対必要な教えなのです。隣人を愛するということは、隣人に害を与えないだけではなく、心の中で人々に恨みを抱くことのないようにしなさいという事です。

ですから、「敵を愛する」ということは、人に対して恨みを抱かない、そして赦すということから始まります。私達は他の人の中にある良いこと、美しいことを見つけるように心がけましょう。

26日にトルコとシリアの国境付近で大きな地震が起きました。42千人以上が亡くなり、多くの人が全てを失いました。シリア難民は同じ国でありながら、政治的な理由で援助を拒否したり、難民としてトルコに避難しようとしたり、寒さの中でガレキに囲まれ、テントの中で暮らし、水も食料もないという地獄のような有り様です。シリア難民の人達は 今、戦争、地震、そして日々の生活と必死に戦っています。

私はこの現実の中で、愛や赦しと平和について考えさせられました。世界では至る所で戦争が続いています。神様が、極めて良いものとして、お造りになった、この世界が、地球が破壊されているのです。神様が、一人一人を、愛の対象として、造ってくださった人間が、お互いに殺し合っているのです。

イエス様は、何も条件をつけずに、「敵を愛し、迫害する者のために祈りなさい」、と言われました。今ここに居る私達は戦争さえしていませんが、私達は本当に地球、自然、隣人を心から愛しているでしょうか。

「敵を愛する」ことこそ、世界の諸問題を、解決する鍵です。敵を愛することは、世界平和を築くための鍵です。憎しみに対して憎しみをもって報いることは、ますます憎しみを増します。憎しみで、憎しみを取り除くことはできません。ただ愛だけが、それをなし得るのです。愛の業のみから、憎しみを越える、赦しが生まれます。「敵を愛する愛」は、人間の常識を超えた、愛です。これこそがイエス様の仰る本当の愛なのだと思います。

イエス様の弟子として、今日の福音により、困難の中で生きている人の為に自分が何を出来るのか、是非考えていただきたいと思います。

私達はお互いに愛を共有して生きています。血の繋がりはなくても、私達は兄弟姉妹です。御自分にとっての本当の幸せの意味を、今日の福音書の中で感じとっていただきたいと思います。そして、神様からの恵みを自分がどんなにたくさん受けているかということをいつも思い起こし、感謝を献げましょう。一人一人の赦す心が愛を広げます。神様が必ず救いを求めている全ての人をを平和に導いてくださいますよう祈りましょう。

主の平和

 

MENCINTAI MUSUH ADALAH KUNCI PERDAMAIAN

Saudara/iku yang terkasih. Bacaan Injil hari ini masih merupakan salah satu bagian dari Khotbah Yesus di Bukit. Salah satu kata yang paling terkenal dari Khotbah Yesus di Bukit adalah: “Kasihilah sesamamu manusia dan kasihilah musuhmu”. Kala itu, Yesus bersabda kepada para murid-Nya. “Kamu telah mendengar firman, kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”.

Rupanya pada zaman dahulu, orang Israel hanya menganggap orang-orang yang tinggal di sekitar mereka, keluarga, kerabat, atau bahkan orang-orang dari suku atau kelompok yang sama sebagai sesama. Sementara orang lain di luar kelompok itu dianggap sebagai musuh yang membahayakan. Namun, ketika ajaran Yesus tentang kasih diimplementasikan secara luas, pengertian tentang kata sesama menjadi bergeser. Sesama berarti siapa saja termasuk semua orang di luar bangsa Israel.

Pada zaman Yesus sekalipun, sangat tidak mudah untuk mengasihi musuh. Acapkali banyak orang berpikir bahwa perkataan Yesus itu terlalu idealis dan tidak realistis. Banyak orang yang mungkin berpikir bahwa konsep tentang keadilan adalah saling membalas. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Jika seseorang memukul mereka, maka dibenarkan untuk memukul kembali orang tersebut.

Bahkan dalam kehidupan modern saat ini, hamper semua orang sulit untuk menghindari perasaan benci terhadap musuh. Namun, dalam Injil hari ini, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa perdamaian tidak dapat tercipta kecuali kita mengasihi musuh-musuh kita. Dengan kata lain, hal yang paling penting dalam menciptakan perdamaian adalah mengasihi. Ketika kita memperlakukan orang lain dengan hormat, perhatian, kelembutan, kebaikan dan kasih sayang, tanpa bersikap jahat atau dingin kepada mereka, kita dapat hidup dalam harmoni kasih dan kedamaian. Kasihlah yang menciptakan perdamaian.

Ajaran Yesus ini bukanlah sebuah ide utopis belaka. Sebaliknya, ajaran Yesus ini mutlak diperlukan bagi kita untuk hidup sebagai makhluk sosial dewasa ini. Mengasihi sesama tidak hanya berarti bahwa kita tidak boleh menyakiti orang lain, tetapi juga bahwa kita tidak boleh menyimpan kebencian terhadap orang lain di dalam hati kita.

Dengan demikian, “mengasihi musuh” dimulai dengan tidak menyimpan dendam terhadap orang lain dan mengampuni mereka. Kita harus berusaha menemukan hal-hal yang baik dan indah dalam diri orang lain.

Pada tanggal 6 Februari yang lalu, sebuah gempa bumi besar melanda daerah perbatasan antara Turki dan Suriah. Gempa itu menewaskan lebih dari 42.000 orang. Banyak dari mereka yang kehilangan segalanya. Karena alasan politik, ada pengungsi Suriah yang tidak diperhatikan. Ada yang mencari perlindungan di Turki sebagai pengungsi. Banyak sekali para korban gempa yang tinggal di tenda-tenda, dikelilingi puing-puing dalam cuaca dingin, tanpa air dan makanan. Mereka seakan kehilangan harapan hidup. Para pengungsi Suriah kini berjuang mati-matian melawan perang dan gempa bumi.

Kenyataan yang dialami oleh mereka ini membuat saya sejenak berpikir dan merenung tentang cinta, pengampunan dan perdamaian. Acapkali konflik peperangan terjadi di salah satu atau beberapa sudut dunia. Akibatnya bumi yang diciptakan Tuhan sebagai sesuatu yang begitu indah, dihancurkan begitu saja. Manusia, yang diciptakan Tuhan sebagai objek kasih, seakan saling membunuh satu sama lain. Memang, sungguh tragis.

Dalam Injil hari ini, Yesus berkata, tanpa syarat apa pun, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. Saat ini, kita yang ada di sini, memang tidak sedang berperang. Namun apakah kita benar-benar mencintai dunia-alam ciptaan Tuhan, dan sesama kita dengan segenap hati?

Hemat saya, “mengasihi musuh” adalah kunci untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia. Mengasihi musuh adalah kunci perdamaian dunia. Membalas kebencian dengan kebencian hanya akan meningkatkan kebencian. Kita tidak dapat menghilangkan kebencian dengan kebencian. Hanya kasih yang dapat menghilangkan kebencian itu. Hanya dari perbuatan kasihlah muncul pengampunan, yang melampaui kebencian. Kasih yang mengasihi musuh adalah kasih yang melampaui akal sehat manusia. Inilah kasih sejati yang diajarkan oleh Yesus pada kita semua hari ini.

Sebagai murid-murid Yesus, saya ingin Anda memikirkan kembali tentang apa yang dapat kita lakukan untuk mereka yang hidup dalam kesulitan termasuk orang-orang yang kita benci.

Ingatlah bahwa kita hidup dengan berbagi kasih satu sama lain. Meskipun kita tidak sedarah, kita adalah saudara dan saudari, yang sama-sama berjuang menghadapi tantangan hidup ini. Kasih sealu melahirkan perdamaian. Marilah kita selalu mengingat dan bersyukur bahwa betapa banyak berkat yang telah kita terima dari Tuhan. Marilah kita berdoa agar kasih, damai dan berkat Tuhan senantiasa menyertai kita semua. Amin.

Damai Tuhan menyertai.

Comments

  1. Hiduplah dalam Kasih dan Persaudaraan.. Salam Sehat sllu Pater Andi..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

常に心を神様に向けて生きる-TURN YOUR HEART TO GOD

神様の招きに答える-ANSWERING GOD'S INVITATION

行動を伴わない信仰は信仰ではない-FAITH WITHOUT WORKS IS ESSENTIALLY DEAD